I. Sejarah Kekhalifahan Dinasti Bani Umayah
A. Sejarah Dinasti Umayyah
Sejarah berdirinya Dinasti
Umayyah berasal dari nama Umayyah bin ‘Abdul Syams bin Abdul Manaf, yaitu salah
seorang dari pemimpin kabilah Quraisy pada zaman jahiliyah. Bani Umayyah
baru masuk agama Islam pada fathul Makkah. Memasuki tahun ke 40 H/660 M, Pertikaian
politik terjadi dikalangan umat Islam, puncaknya adalah ketika terbunuhnya
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Setelah khalifah terbunuh, umat Islam di wilayah
Iraq mengangkat al-Hasan putra tertua Ali sebagai khalifah yang sah. Sementara
itu Mu’awiyah bin Abi Sufyan sebagi gubernur propinsi Suriah (Damaskus) juga
menobatkan dirinya sebagai Khalifah.
Namun
karena Hasan ternyata lemah sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan bertambah kuat,
maka Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahannya kepada Mu’awiyyah bin Abi Sufyan. Mu'awiyah merupakan pendiri
dinasti Bani Umayyah. Karier
politik Mu'awiyah mulai meningkat pada masa pemerintahan Umar bin
Khattab. Setelah kematian Yazid bin Abu Sufyan pada peperangan Yarmuk, Mu'awiyah
diangkat menjadi kepala di sebuah kota di Syria. Karena sukses memimpinya,
menjadi gubernur Syria oleh khalifah Umar. Mu'awiyah selama menjabat sebagai
gubernur Syria, giat melancarkan perluasan wilayah kekuasaan Islam sampai
perbatasan wilayah kekuasaan Bizantine. Pada masa pemerintahan
khalifah Ali Ibn Abu Thalib, Mu'awiyah terlibat konflik dengan khalifah Ali
untuk mempertahankan kedudukannya sebagai gubernur Syria. Sejak saat itu
Mu'awiyah mulai berambisi untuk menjadi khalifah dengan mendirikan dinasti
Umayyah. Setelah menurunkan Hasan Ibn Ali, Mu'awiyah menjadi penguasa seluruh
imperium Islam,dan menaklukan Afrika Utara merupakan peristiwa penting dan
bersejarah selama masa kekuasaannya.
B. Sistem
Pemerintahan Bani Umayyah
Muawiyah bin Abi Sufyan
menjadi khalifah pertama dinasti Bani Umayah setelah Hasan bin Ali bin Abu
Thalib menyerahkan kekhalifahannya kepada Muawiyah. Sebelumnya, Muawiyah
menjabat sebagai gubernur syiria. Selama berkuasa di Syiria, Muawiyah
mengandalkan orang-orang Syiria dalam mempeluas batas wilayah Islam. Ia mampu membentuk pasukan
Syria menjadi
satu kekuatan militer Islam yang terorganisir dan berdisiplin tinggi. ia membangun sebuah
Negara yang stabil dan terorganisir.
Dalam pengelolaan
pemerintahan, Muawiyah mendirikan du departemen yaitu pertama, diwanulkhatam yang fungsinya
adalah mencatat semua peraturan yang dikeluarkan oleh khalifah. Kedua,
diwanulbarid yang fungsinya adalah memberi tahu pemerintah pusat tentang perkembangan
yang terjadi di semua provinsi.
Pada masa Muawiyah bin
Abu Sufyan inilah suksesi kekuasaan bersifat Monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun) mulai diperkenalkan, dimana ketika
dia mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
yaitu Yazid bin Muawiyah. Pada 679 M, Mu’awiyah
menunjuk puteranya Yazid untuk menjadi penerusnya. Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan
sistem monarki dipengaruhi oleh sistem monarki yang ada di Persia dan Bizantium. Dalam perkembangan
selanjutnya, setiap Khalifah menobatkan salah seorang anak atau
kerabat sukunya yang dipandang sesuai untuk menjadi penerusnya. Sistem yang diterapkan Mu’awiyah
mengakhiri bentuk demokrasi. Kekhalifahan menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun
temurun), yang di peroleh tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak.
C. Khalifah Bani Umayyah
Dinasti Bani Umayah berkuasa
selama 90 tahun dari tahun 41 H s.d 132 H atau 661 M s.d 750 M. Selama dinasti
Bani Umayah terdapat 14 khalifah antara lain:
Nama lengkapnya
Mu’awiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abdul Manaf,
biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Ia masyhur dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia
lahir di Makkah tahun 20 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya
adalah hindun binti Utbah. Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar,
berwibawa, cerdas, cerdik, badanya tinggi besar, dan kulitnya putih. Ia masuk
Islam bersama ayah, ibu, dan saudaranya Yazid pada saat pembukaan kota Makkah
tahun 8 H. Ia pernah ikut perang Hunain dan ia adalah seorang juru tulis Al
Qur’an.
Karir politiknya
diawali ketika Umar bin Khattab pernah menugaskan sebagai gubernur Yordania.
Dan pada masa Utsman bin Affan , dia ditugaskan menjadi gubernur Syiria.
Muawiyah menjadi
Khalifah pada tahun 41 H setelah Hasan bin Ali menyerahkan khilafah kepadanya. Muawiyah bin Abi
Sufyan mendirikan dinasti Bani Umayyah dan sebagai khalifah pertama. Ia
memindahkan ibukota dari Madinah al Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Syiria. Pada masa
pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti
pada masa Khalifah Ustman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara
dengan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di
Bizantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan
kiriman pos.
Muawiyah bin Abu Sufyan menerapkan
sistem monarchiheridetis (kepemimpinan secara turun temurun). Ia
menunjuk anaknya, Yazid bin Muawiyah sebagai penerusnya. Ia mengadopsi dari sistem
monarki yang ada di Persia dan Bizantium.
Muawiyah bin Abu
Sufyan berkuasa selama 20 tahun. Ia meninggal Dunia dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di
Damaskus di pemakaman Bab Al-Shagier.
Nama lengkapnya Yazid bin Muawiyah bin Abi Sufyan.
Ia dilahirkan pada tanggal 23 Juli 645. Pada masa kekhalifahan ayahnya, beliau
menjadi seorang pangglima yang cukup penting. Pada tahun 668, Khalifah Muawiyah
mengirim pasukan dibawah pimpinan Yazid bin Muawiyah untuk melawan Kekaisaran
Bizantium. Yazid mencapai Chalcedon dan mengambil alih kota penting Bizantium,
Amorion. Meskipun kota tersebut direbut kembali, pasukan arab kemudian
menyerang Chartago dan Sisilia pada tabun 669. Pada tahun 670, pasukan Arab
mencapai Siprus dan mendirikan pertahanan disana untuk menyerang jantung
Bizantium. Armada Yazid menaklukan Smyrna dan kota pesisisr lainnya pada tahun
672.
Khalifah Muawiyah wafat pada tanggal 6 Mei 680.
Yazid bin Muawiyah menjadi Khalifah selanjutnya. Yazid menjabat sebagai
Khalifah dalam usia 34 tahun. Pengangkatnyan
berdasarkan kebijakan Khalifah Muawiyah menerapkan sistem monarki. Ketika Yazid
naik tahta, sejumlah tokoh di Madinah tidak mau menyatakan setia kepadanya. Ia kemudian mengirim
surat kepada Gubernur Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil
sumpah setia kepadanya.
Selama berkuasa, Yazid bin Muawiyah mencoba melanjutkan kebijakan ayahnya dan
menggaji banyak orang yang membantunya. Ia memperkuat struktur administrasi
khilafah dan memperbaiki pertahanan militer Syiria, basis kekuatan Bani
Umayyah. Sistem keuangan diperbaiki. Ia mengurangi pajak beberapa kelompok
Kristen dan menghapuskan konsesi pajak yang ditanggung orang-orang Samara
sebagai hadiah untuk pertolongan yang telah disumbangkan di hari-hari awal
penaklukan Arab. Ia juga membayar perhatian berarti pada pertanian dan
memperbaiki sistem irigasi di oasis Damaskus.
Ia meninggal pada
tahun 64 H/683 M dalam usia 38 tahun dan masa pemerintahannya ialah tiga tahun
dan enam bulan. Kemudian kekhalifahan
turun kepada anaknya, Muawiyah Bin Yazid.
Nama lengkapnya Muawiyah
bin Yazid bin Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia adalah seorang pemuda yang tampan.Dia
disebut juga Abu Abdurrahman, ada juga yang menyebutnya Abu Yazid dan Abu
Laila. Beliau anak Yazid yang lemah dan sakit-sakitan,disamping itu dia adalah
seorang ahli Kimia pada masa pemerintahan Kakeknya Muawiyah bin Abu Sufyan.
Muawiyah bin Yazid
menjadi Khalifah atas dasar wasiat ayahnya pada bulan Rabiul Awal tahun 64
Hijriah atau berkenaan tahun 683 M. Muawiyah bin Yazid diangkat menjadi Khalifah
pada usia 23 tahun. Dia adalah seorang pemuda yang shalih. Ketika dia diangkat menjadi khalifah
dia sedang menderita sakit. Sakitnya semakin keras, akhirnya dia meninggal
dunia. Dia bahkan tidak pernah keluar pintu sejak dia diangkat menjadi
khalifah. Dia belum sempat melakukan apa-apa,dan belum pernah menjadi imam
sholat untuk rakyatnya. Ada yang mengatakan bahwa masa kekhalifahannya sekitar
40 hari ada pula yang mengatakan dia menjadi khalifah selama 2 bulan,ada yang
mengatakan juga 3 bulan dan ada juga 6 bulan.
Nama lengkapnya Marwan
bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan Khalifah keempat dari Dinasti Bani Umaiyyah
setelah Muawiyyah bin Yazid wafat. menurut silsilah, dia merupakan cucu dari Abul ‘Ash yang juga
merupakan kakek dari Ustman bin Affan. Setelah terputusnya keturunan Muawiyyah di
kekuasaan Muawiyyah bin Yazid maka kursi kekuasaan beralih ke Bani Marwan
setelah keluarga besar Umayyah mengangkatnya sebagai khalifah. Karena mereka
menganggap Marwan bin Hakam adalah orang yang tepat untuk mengendalikan
kekuasaan karena pengalamanya. ketika itu kondisi tidak stabil dan banyak
terjadi perecahan ditubuh bangsa Arab.
Pada Masa Khalifah Muawiyyah
bin Abu Sufyan, Marwan bin Hakam diangkat menjadi gubernur di Madinah. Pada masa inilah, Marwan diserahi jabatan
gubernur untuk wilayah Hijaz yang berkedudukan di Madinah. Ketika penduduk
Madinah menyatakan dukungan kepada Abdullah bin Zubair, Marwan melarikan diri
ke Damaskus.
Pertentangan antara
pihak Abdullah bin Zubair dan Marwan bin Hakam mencapai puncaknya pada Perang
Marju Rahith yang terjadi pada 65 H. Pada peperangan ini pasukann Abdullah bin
Zubair mengalami kekalahan cukup telak. Penduduk wilayah Mesir dan Libya yang
semula berpihak padanya, mengangkat baiat atas Marwan. Namun wilayah Hijaz,
Irak dan Iran tetap tunduk kepada Abdullah bin Zubair.
Dengan demikian, pada
masa itu wilayah Islam terpecah menjadi dua khilafah. Daerah Hijaz dan
sekitarnya termasuk Makkah dan Madinah tunduk kepada Abdullah bin Zubair.
Sedangkan wilayah Syria berada dalam kekuasaan Marwan bin Hakam.
Untuk mengukuhkan
jabatan khilafahnya itu, Marwan bin Hakam yang sudah berusia 63 tahun itu
mengawini Ummu Khalid, janda Yazid bin Muawiyah. Perkawinan yang tidak seimbang
itu sangat kental aroma politik. Dengan mengawini janda Yazid, Marwan bermaksud
menyingkirkan Khalid, putra termuda Yazid dari tuntutan khilafah.
Marwan bin Hakam meninggal
pada usia 63 tahun. Ia hanya menjabat sebagai khalifah selama 9 bulan 18 hari.
Nama
lengkapnya Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia dilantik sebagai
Khalifah setelah kematian ayahnya, pada tahun 685 M. Dibawah kekuasaan Abdul
Malik, kerajaan Umayyah mencapai kekuasaan dan kemulian. Ia terpandang sebagai
Khalifah yang perkasa dan negarawan yang cakap dan berhasil memulihkan kembali
kesatuan Dunia Islam dari para pemberontak.
Dalam ekspansi ke timur ini, khalifah Abdul Malik bin Marwan melanjutkan peninggalan
ayahnya. Ia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balkanabad, Bukhara, Khwarezmia, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai
ke India dan menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.
Abdul Malik bin Marwan
mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di
daerah-daerah yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada
tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Khalifah Abdul Malik bin
Marwan juga berhasil melakukan pembenahan-pembenahan administrasi pemerintahan
dan memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi
administrasi pemerintahan Islam.
Pada masa
Abdul Malik bin Marwan, Dinasti bani Umayyah dapat
mencapai puncak kejayaannya. Ia meninggal pada tahun 705 M dalam usia yang
ke-60 tahun. Ia meninggalkan karya-karya terbesar didalam sejarah Islam. Masa
pemerintahannya berlangsung selama 21 tahun, 8 bulan.
Nama
lengkapnya Walid bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Masa pemerintahan
Walid bin Malik adalah masa ketentraman, kemakmuran dan ketertiban. Umat Islam
merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya tercatat suatu peristiwa besar,
yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah Barat daya,
benua Eropa pada tahun 711 M. Perluasan ke arah Barat dipimpin
oleh panglima Islam, Thariq bin Ziyad. Setelah Aljazair dan Maroko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad dengan pasukannya menyeberangi
selat yang memisahkan antara Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol dapat dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran
ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordoba,
dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang
dijadikan ibu kota Spanyol yang
baru setelah jatuhnya Cordoba. Kemudian pasukan Islam dibawah pimpinan Musa
bin Nushair juga berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville,
dan Merida serta
mengalahkan penguasa kerajaan Goth, Theodomir di Orihuela, ia
bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya, mulai dari Zaragoza sampai Navarre. Pasukan Islam memperoleh kemenangan
dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama
menderita akibat kekejaman penguasa.
Selain melakukan perluasan wilayah
kekuasaan Islam, Walid juga melakukan pembangunan besar-besaran selama masa
pemerintahannya untuk kemakmuran rakyatnya. Khalifah Walid bin Abdul Malik meninggalkan
nama yang sangat harum dalam sejarah Dinasti Bani Umayyah dan merupakan puncak
kebesaran Daulah tersebut.
Nama lengkapnya
Sulaiman bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Ash, panggilanya Abu Ayub.
Lahir di Madinah pada tahun 54 H. Ia merupakan saudara dari Walid bin Abdul
Malik, khalifah sebelumnya. Dia diangkat sebagai khalifah pada tahun 96 H pada usia 42 tahun. Menjelang
saat terakhir pemerintahannya, ia memanggil Gubernur wilayah Hijaz, yaitu Umar
bin Abdul Aziz, yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya dengan memegang
jabatan wazir besar.
Ia menunjuk umar bin
Abdul Azis sebagai penerusnya. Dan menjadikan Yazid bin Abdul Malik sebagai
khalifah setelah Umar bin abdul azis
Masa pemerintahannya
berlangsung selama 2 tahun, 8 bulan.
Nama
lengkapnya Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan
sepupuh khalifah sebelumnya, Sulaeman bin Abdul Malik. Ia menjabat sebagai
Khalifah pada usia 37 tahun . Ia terkenal adil dan sederhana. Ia ingin
mengembalikan corak pemerintahan seperti pada zaman khulafaur rasyidin.
Pemerintahan Umar meninggalkan semua kemegahan Dunia yang selalu ditunjukkan
oleh orang Bani Umayyah.
Meskipun masa pemerintahannya
sangat singkat, ia berhasil menjalin hubungan baik dengan Syi’ah. Ia juga
memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya. Kedudukan mawali (orang Islam
yang bukan dari Arab) disejajarkan dengan Muslim Arab. Pemerintahannya membuka
suatu pertanda yang membahagiakan bagi rakyat. Ketakwaan dan keshalehannya
patut menjadi teladan. Ia selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Ia meninggal pada tahun 720 M dalam usia 39 tahun, dimakamkan di Deir Simon.
9. Yazid bin Abdul-Malik (101-105
H / 720-724 M)
Nama lengkapnya Yazid
bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash. Ia merupakan sepupu
khalifah sebelumnya, Umar bin Abdul Azis. Ia menjabat khalifah kesembilan
Daulah Umayyah pada usia 36 tahun. Khalifah yang sering dipanggil dengan
sebutan Abu Khalid ini lahir pada 71 H. Ia menjabat khalifah atas wasiat
saudaranya, Sulaiman bin Abdul Malik. Ia dilantik pada bulan Rajab 101 H.
Ia mewarisi Dinasti
Bani Umayyah dalam keadaan aman dan tenteram. Pada masa awal pemerintahannya,
Yazid bertindak menuruti kebijakan Khalifah Umar bin Abdul Azis sebelumnya. Namun
hal itu tidak berlangsung lama. Setelah itu terjadi perubahan. Karena banyak
penasihat yang tidak setuju dengan kebijakan positif yang diterapkan Umar bin Abdul
Azis.
Sebelum Yazid meninggal,
sempat terjadi konflik antara dirinya
dan saudaranya, Hisyam bin Abdul Malik. Namun hubungan keduanya baik kembali
setelah Hisyam lebih banyak mendampingi sang khalifah hingga wafat. Ia
meninggal dunia pada usia 40 tahun. Masa pemerintahannya hanya berkisar 4 tahun
satu bulan
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125
H / 724-743 M)
Nama
lengkapnya Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul ‘Ash.
Ia merupakan saudara kandung khalifah sebelumnya, Yazid bin Abdul Malik. Ia menjabat sebagai
Khalifah pada usia yang ke 35 tahun. Ia terkenal negarawan yang cakap dan ahli
strategi militer. Pada masa pemerintahannya muncul satu kekuatan baru yang
menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan ini berasal
dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan mawali dan merupakan
ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan baru ini
mampu menggulingkan Dinasti Umayyah dan menggantikannya dengan Dinasti baru,
Bani Abbas.
Pemerintahan Hisyam yang lunak
dan jujur menyumbangkan jasa yang banyak untuk pemulihan keamanan dan
kemakmuran, tetapi semua kebajikannya tidak bisa membayar kesalahan-kesalahan
para pendahulunya, kerana gerakan oposisi terlalu kuat, sehingga Khalifah tidak
mampu mematahkannya.
Meskipun demikian, pada masa
pemerintahan Khalifah Hisyam kebudayaan dan kesusastraan Arab serta lalu lintas
dagang mengalami kemajuan. Dua tahun sesudah penaklukan pulau Sisily pada tahun
743 M, ia wafat dalam usia 55 tahun. Masa pemerintahannya berlangsung selama 19
tahun, 9 bulan. Sepeninggal Hisyam, Khalifah-Khalifah yang tampil bukan hanya
lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin mempercepat runtuhnya Daulah
Bani Ummayyah.
11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik (125-126
H / 743-744 M)
Nama lengkap Walid bin
Yazid bin Abdul Malik. Ia adalah keponakan Khalifah Hisyam bin Abdul Malik,
khalifah sebelumnya. Ia adalah anak dari Yazid bin Abdul Malik, Khalifah
kesembilan dinasti Bani Umayah. Pada masa pemerintahnya, Dinasti Umayah menDinasti Umayah
mengalami kemunduran. Ia memiliki prilaku buruk dan suka melanggar norma
agama. Kalangan keluarga sendiri benci padanya. Dan ia mati terbunuh.
Adapun kebijakan
yang paling utama yang dilakukan oleh Walid bin Yazid ialah melipatkan jumlah
bantuan sosial bagi pemeliharaan orang-orang buta dan orang-orang lanjut usia
yang tidak mempunyai famili untuk merawatnya. Ia menetapkan anggaran khusus
untuk pembiayaan tersebut dan menyediakan perawat untuk masing-masing orang.
Masa pemerintahannya
berlangsung selama 1 tahun, 2 bulan. Dia wafat dalam usia 40 tahun.
12 Yazid bin Walid bin Abdul Malik (126-127
H/ 744 M)
Nama lengkap Yazid bin
Walik bin Abdul Malik, sepupuh dari khalifah sebelumnya, Walid bin Yazid bin
Abdul Malik. Ia adalah anak dari Walid bin Abdul Malik, Khalifah keenam dinasti
Bani Umayah. Pemerintahan Yazid bin Walid tidak mendapat dukungan dari
rakyat, karena kebijakannya suka mengurangi anggaran belanja negara. Masa pemerintahannya
tidak stabil dan banyak pemberontakan. Masa pemerintahannya berlangsung
selama 16 bulan. Dia wafat dalam usia 46 tahun.
13 Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik (127
H / 744 M)
Nama Lengkap
Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik, saudara kandung Yazid bin Walid bin Abdul
Malik, Khalifah sebelumnya. Dia diangkat menjadi Khalifah tidak memperoleh
suara bulat di dalam lingkungan keluarga Bani Umayyah dan rakyatnya. Kerana itu, keadaan
negara semakin kacau dengan munculnya beberapa pemberontak. Ia menggerakkan
pasukan besar berkekuatan 80.000 orang dari Arnenia menuju Syiria. Ia dengan
suka rela mengundurkan dirinya dari jabatan khilafah dan mengangkat baiat
terhadap Marwan ibn Muhammad. Dia memerintah selama 3 bulan dan wafat pada
tahun 132 H.
14. Marwan
bin Muhammad (127-133 H / 744-750 M)
Nama lengkap Marwan bin
Muhammad bin Marwan bin Hakam. Ia adalah cucu dari khalifah keempat bani
Umayah, Marwan bin Hakam dan keponakan
Khalifah kelima, Abdul Malik bin Marwan. Beliau seorang ahli negara yang
bijaksana dan seorang pahlawan. Beberapa pemberontak dapat ditumpas, tetapi dia
tidak mampu mengahadapi gerakan Bani Abbasiyah dengan pendukung yang kuat.
Marwan bin Muhammad
melarikan diri ke Hurah, terus ke Damaskus. Namun Abdullah bin Ali yang
ditugaskan membunuh Marwan oleh Abbas As Syaffah selalu
mengejarnya. akhirnya sampailah Marwan di Mesir. Di Bushair, daerah al
Fayyun Mesir, dia mati terbunuh oleh Shalih bin Ali, orang yang menerima
penyerahan tugas dari Abdullah. Marwan terbunuh pada tanggal 27 Dzulhijjah 132
H\5 Agustus 750 M. Dengan demikian berakhirlah dinasti Bani Umayyah, dan kekuasaan
selanjutnya dipegang oleh Bani Abbasiyah.
D. Faktor-Faktor
Penyebab Mundurnya Dinasti Umayyah
Kebesaran yang dibangun oleh Daulah Bani Umayyah ternyata
tidak dapat menahan kemunduran dinasti yang berkuasa hampir satu abad ini, hal
tersebut diakibatkan oleh beberapa faktor yang kemudian mengantarkan pada titik
kehancuran. Diantara fakto-faktor tersebut adalah:
1
Terjadinya pertentangan
keras antara kelompok suku Arab Utara (Irak) yang disebut Mudariyah dan
suku Arab Selatan (Suriah) Himyariyah, pertentangan antara kedua
kelompok tersebut mencapai puncaknya pada masa Dinasti Umayyah karena para
khalifah cenderung berpihak pada satu etnis kelompok.
2
Ketidakpuasan sejumlah
pemeluk Islam non Arab. Mereka yang merupakan pendatang baru dari kalangan
bangsa-bangsa yang dikalahkan mendapat sebutan “Mawali”, suatu status yang
menggambarakan inferioritas di tengah-tengah keangkuhan orang-orang Arab yang
mendapat fasilitas dari penguasa Umayyah. Mereka bersama-sama orang Arab
mengalami beratnya peperangan dan bahkan diatas rata-rata orang Arab, tetapi
harapan mereka untuk mendapatkan tunjangan dan hak-hak bernegara tidak
dikabulkan. Seperti tunjangan tahunan yang diberikan kepada Mawali ini
jumlahnya jauh lebih kecil dibanding tunjangan yang dibayarkan kepada orang
Arab.
3
Konfllik-konflik
politik yang melatar belakangi terbentuknya Daulah Umayyah. Kaum syi`ah
dan khawarij terus berkembang menjadi gerakan oposisi yang kuat dan
sewaktu-waktu dapat mengancam keutuhan kekuasaan Umayyah. Disamping
menguatnya kaum Abbasiyah pada masa akhir-akhir kekuasaan Bani Umayyah yang
semula tidak berambisi untuk merebut kekuasaan, bahkan dapat menggeser
kedudukan Bani Umayyah dalam memimpin umat.
4
Sistem pergantian
khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi
Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.
Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya
persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
5
Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga
disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak
khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi
kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian
penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang.
6
Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti
Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan Abbas
bin Abdul Mutholib.. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani
Hasyim dan kaum mawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani
Umayyah.
EVALUASI
Buatlah kelompok kecil
terdiri dari 3-4 orang, kemudian diskusikan naskah di atas, dengan menjawab
pertanyaan berikut:
- Jelaskan latarbelakang berdirinya Dinasti Umayah?
- Bagaimana sistem kepemimpinanan Dinasti Bani Umayah?
- Jelaskan Silsilah para Khalifah Dinasti Bani Umayah?
- Jelaskan faktor-faktor kehancuran Dinasi Bani Umayah
- Jelaskan perbandingkan kepemimpinanan Dinasti Umayah dengan Khulafaurrosyidin?
Setelah mempelajari
tentang sejarah Dinasti Bani Umayah, lakukanlah refleksi dengan menjawab
pertanyaan berikut.
1. Apa yang telah kalian pahami setelah mempelajari Sejarah Dinasti Bani Umayah?
2. Apa pengaruh dan manfaat menguasai materi ini terhadap kehidupan
kalian sebagai peserta didik dan seorang muslim?
3. Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan setelah mempelajari materi ini?
Tugas Kelompok
Mengamati peta daerah kekuasaan Dinasti Bani
Umayyah dan peta dunia sekarang, sebutkan negara-negara yang pernah dikuasai
oleh Dinasti Bani Umayah. Buatlah peta dunia nama-nama negara berdasarkan daerah
kekuasaan Dinasti Bani Umayah.
II. Profil dan Kepemimpinan Umar bin Abdul
Azis
A. Profil Khalifah Umar Bin
Abdul Azis
Nama lengkapnya Umar bin Abdul
Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf.
Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, salah seorang gubernur. Ia seorang
yang pemberani dan dermawan. Ia menikah dengan seorang wanita salehah dari kaum Quraisy keturunan Umar bin Khattab,
bernama Ummua Ashim binti Ashim
bin Umar bin Khattab, Abdul Aziz merupakan seorang ulama yang shaleh. Beliau adalah murid Abu Hurairah ra, shahabat Nabi Muhammad. Ibunya Ummu Ashim, Laila
binti Ashim bin Umar bin Khattab. Bapaknya Laila merupakan anak
Umar bin Khattab, ia sering menyampaikan hadis nabi dari Umar.
Umar bin Abdul Aziz lahir di tahun 61 H di
Madinah Munawaroh, pada masa pemerintahan Yazid bin Muawiyah, Khalifah kedua
Dinasti Bani Umayah. Ia memiliki 4
saudara kandung
Yaitu Umar, Abu Bakar, Muhammad, dan Ashim. Ibu
mereka adalah Laila binti Ashim bin Umar bin Kahttab. Dan 6 saudara lain ibu yaitu Al Ashbagh, Sahal, Suhail, Ummu Hakam, Zabban dan
Ummul Banin.
Istrinya
adalah wanita yang salehah dari kalangan kerajaan Bani Umayah, ia merupakan
putri dari Khalifah Abdul Malik bin Marwan (khalifah kelima Dinasti Bani
Umayah) yaitu Fatimah binti Abdul Malik. Fatimah binti Abdul Malik memiliki
nasab yang mulia; putri khalifah, kakeknya juga khalifah, saudara perempuan
dari para khalifah, dan istri dari khalifah yang mulia Umar bin Abdul Aziz,
namun hidupnya sederhana.
Umar bin
Abdul Aziz mempunyai empat belas anak laki-laki, di antara mereka adalah Abdul
Malik, Abdul Aziz, Abdullah, Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Bakar, Al-Walid, Musa,
Ashim, Yazid, Zaban, Abdullah, serta tiga anak perempuan, Aminah, Ummu Ammar
dan Ummu Abdillah.
Umar bin
Abdul Aziz tidak memiliki usia yang panjang, ia wafat hari jum'at di sepuluh
hari terakhir bulan Rajab tahun 101 H pada usia 40 tahun, usia yang masih relatif
muda dan masih dikategorikan usia produktif. Namun, di balik usia yang singkat
tersebut, ia telah berbuat banyak untuk peradaban manusia dan Islam secara
khusus.
ia meninggalkan
harta warisan yang sedikit buat anak-anaknya. Setiap anak laki-laki hanya
mendapatkan jatah 19 dirham saja, sementara satu anak dari Hisyam bin Abdul
Malik (khalifah kesepuluh Bani Umayah) mendapatkan warisan dari bapaknya
sebesar satu juta dirham. Namun beberapa tahun setelah itu salah seorang anak
Umar bi Abdul Aziz mampu menyiapkan seratus ekor kuda lengkap dengan
perlengkapannya dalam rangka jihad di jalan Allah, pada saat yang sama salah
seorang anak Hisyam menerima sedekah dari masyarakat.
Beliau memerintah
hanya selama 2 tahun 5 bulan 4 hari. Setelah beliau wafat, kekhalifahan digantikan oleh iparnya, Yazid bin
Abdul Malik.
B. Pola
Kepemimpinan Umar bin Abdul Azis
Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai Khalifah berdasarkan wasiat khalifah Sulaiman
bin Abdul Malik (khalifah ketujuh dinasti Bani Umayah). Umar bin Abdul Aziz
diangkat menjadi khalifah pada usianya 37 tahun setelah wafat Sulaiman bin
Abdul Malik. Beliau tidak suka dilantik sebagai khalifah dengan sistem turun
temurun. Kemudian beliau memerintahkan agar orang-orang berkumpul untuk mendirikan shalat. Selepas shalat, beliau berdiri menyampaikan pidatonya. Diawal pidato, beliau mengucapkan puji-pujian kepada Allah dan
berselawat kepada Nabi s.a.w kemudian
berkata:
“Wahai sekalian umat
manusia! Aku telah diuji untuk memegang tugas ini tanpa meminta pandangan
dariku terlebih dahulu dan bukan juga permintaan aku serta tidak dibicarakan
dengan umat Islam. Sekarang aku membatalkan baiah yang kalian berikan kepada
aku dan pilihlah seorang Khalifah yang kamu ridhoi”.
Tiba-tiba
orang ramai serentak berkata: “Kami telah memilih kamu wahai Amirul Mukminin dan kami juga ridho. Oleh
karena itu, perintahlah kami dengan
kebaikan dan keberkahan”.
Umar bin Abdul Azis
berpesan kepada orang-orang supaya bertakwa, zuhud kepada kekayaan dunia dan
mendorong mereka supaya mencintai akhirat.
kemudian beliau berkata: “wahai umat manusia! Siapapun yang taat kepada
Allah, dia wajib ditaati dan siapapnu yang tidak taat kepada Allah, dia tidak
wajib ditaati oleh siapapun. Wahai umat manusia! Taatlah kamu kepada aku selagi
aku taat kepada Allah di dalam memimpin kamu dan jika aku tidak taat kepada
Allah, janganlah siapapun mentaati aku”. Setelah itu beliau turun dari mimbar.
Umar bin Abdul Azis
mengumpulkan para ulama kemudian beliau
berkata kepada mereka: “Aku mengumpulkan kalian semua untuk bertanya pendapat
tentang perkara yang berkaitan dengan harta yang diambil secara dholim yang
masih berada bersama-sama dengan keluarga aku?” Lalu mereka menjawab: “Wahai
Amirul Mukminin! perkara tersebut berlaku bukan pada masa pemerintahan kamu dan
dosa kedholiman tersebut ditanggung oleh orang yang mencerobohnya.”
Umar merasa tidak
puas jawaban tersebut, sebaliknya beliau
menerima pendapat dari kelompok yang lain termasuk anak beliau sendiri Abdul
Malik yang berkata kepada beliau: “Aku berpendapat bahwa harta itu hendaklah dikembalikan
kepada pemilik asalnya selama kamu mengetahuinya. Jika kamu tidak mengembalikannya, kamu akan menanggung dosa bersama-sama dengan
orang yang mengambilnya secara dhalim.” Umar berpuas hati mendengar pendapat tersebut lalu
beliau mengembalikan semula barangan yang diambil secara dhalim kepada pemilik
asalnya.
Selama menjadi
Khalifah, Umar bin Abdul Azis melakukan beberapa kebijakan antara lain:
1. Bidang Agama
Dalam bidang Agama,
Khalifah Umar bin Abdul Azis menerapkan beberapa kebijakan, antara lain:
a. Menghidupkan kembali ajaran Al-Qur'an dan sunah
nabi.
Khalifah menitikberatkan
penghayatan agama di kalangan rakyatnya yang telah lalai dengan kemewahan
dunia. Khalifah umar telah memerintahkan umatnya mendirikan solat secara
berjammah dan menjadikan masjid-masjid sebagai tempat untuk mempelajari hukum
Allah sebagaimana yang berlaku di zaman Rasulullah SAW dan para
Khulafa’ Ar-Rasyidin
b. Mengadakan kerja sama dengan ulama-ulama besar.
Khalifah
sering mengumpulkan para Ulama untuk membicarakan masalah-masalah agama.
Khalifah Umar Abdul Aziz mengumpulkan para ahli fiqih’ setiap
malam. Mereka saling ingat memperingati di antara satu sama lain tentang mati
dan hari qiamat, kemudian mereka sama-sama menangis kerana takut kepada azab
Allah seolah-olah ada jenazah di antara
mereka.”
c. Menerapkan hukum syariah Islam secara serius;
Khalifah menerapkan hukum Islam terhadap Penduduk Himsh yang meminta
keadilan terhadap tanah yang telah dirampas oleh Abbas bin Walid bin Abdul
Malik. Umar bin Khalifah meminta penjelasan dulu dari Abbas bin Walid bin
Malik. Kemudian dia memutuskan untuk mengembalikan tanah yang dirampas ke
Penduduk Himsh.
d. Pembukuan Hadits
Memerintahkan Imam
Muhammad bin Muslim bin Syihab az-Zuhri mengumpulkan hadis-hadis untuk
diseleksi apakah palsu atau tidak. Memerintahkan Muhammad bin Abu Bakar
Al-Hazni di Mekah untuk mengumpul dan menyusun hadith-hadith Rosulullah saw. Beliau juga meriwayatkan hadis dari sejumlah tabiin lain
dan banyak pula ulama hadis yang meriwayatkan hadis daripada beliau
2. Bidang
Pengetahuan
Dalam bidang Pengetahuan, Khalifah Umar bin Abdul
Azis menerapkan kebijakan antara lain:
a. Gerakan Tarjamah
Khalifah mengarahkan cendikawan Islam
supaya menterjemahkan buku-buku kedokteran dan berbagai bidang ilmu dari bahasa
Yunani, Latin dan Siryani ke dalam bahasa Arab supaya mudah dipelajari oleh umat Islam
b. Pemindahan
Sekolah Kedokteran.
Khalifah memindahkan sekolah kedokteran
yang ada di Iskandariah (Mesir) ke Antiokia dan Harran (Turki). Program
tersebut didukung dengan gerakan terjamah buku-buku kedokteran dari
bahasa-bahasa asing.
3. Bidang Sosial Politik
Dalam bidang sosial politik, Khalifah Umar bin Abdul
Azis menerapkan kebijakan antara lain:
a. Menerapkan politik yang adil
Khalifah menerapkan
politik yang menjunjung tinggi nilai kebenaran dan keadilan di atas segalanya.
Beliau tidak membedakan antara muslim arab dan non Arab. Semua sama derajatnya.
Tidak membedakan hak dan kewajiban antara muslim Arab dan muslim Mawali.
b. Membentuk Tim Monitor
Khalifah membentuk
tim monitor dan dikirim ke berbagai negeri untuk melihat langsung cara kerja
para gubernur dalam rangka menegakkan kebenaran dan keadilan;
c. Memecat Pejabat yang tidak kompeten
Khalifah memecat
para pegawai yang tidak layak dan tidak kompeten. Juga memecat para pejabat
yang menyelewengkan kekuasaannya. Serta memecat gubernur yang tidak taat
menjalankan agama dan bertindak zalim terhadap rakyat.
d. Meniadakan Pengawal Pribadi
Khalifah menghapuskan
pengawal pribadi Khalifah dan Beliau bebas bergaul dengan rakyat tanpa
pembatas. tidak seperti khalifah dahulu yang mempunyai pengawal peribadi dan
askar-askar yang mengawal istana yang menyebabkan rakyat sukar berjumpa.
f. Menghapus
kelas-kelas sosial antara muslim arab dan Muslim non Arab.
Pada zaman Khalifah
sebelumnya, terjadi perbedaan kelas antara muslim Arab dan non Arab.
Penghargaan dan pemberian jabatan lebih diutamakan kepada muslim Arab daripada
muslim non Arab. Hal ini menimbulkan konflik sosial dan politik dikalangan umat
Islam.
g. menghidupkan kerukunan dan toleransi beragama.
Pada masa khlaifah
sebelumnya, kerukunan dan toleransi berjalan dengan baik, tapi masih sedikit
kebijakan yang berpihak kepada non muslim. Khalifah Umar bin Abdul Azis
mengembalikan gereja yang telah diubah menjadi masjid di zaman Walid bin Abdul
Malik. Dan mengizinkan pembangunan gereja.
4. Bidang Ekonomi
Dalam bidang sosial politik, Khalifah Umar bin Abdul
Azis menerapkan kebijakan antara lain:
a. Mengurangi beban pajak,
b. Membuat aturan mengenai timbangan dan takaran;
c. Menghapus sistem kerja paksa;
d. Memperbaiki
tanah pertanian, irigasi, pengairan sumur-sumur, dan pembangunan jalan raya;
e. Menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
f. Mengambil kembali
harta-harta yang disalahgunakan oleh keluarga Khalifah dan mengembalikannya ke
Baitulmal
g. Menitikberatkan pada pelayanan terhadap rakyat
miskin dan
h. menaikan gaji
buruh sehingga ada yang setara dengan gaji pegawai kerajaan
5. Bidang Militer
Dalam bidang ini milter , Khalifah Umar bin Abdul
Aziz kurang menaruh perhatian untuk membangun angkatan perang yang tangguh. la
lebih mengutamakan urusan dalam negeri, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat.
6. Bidang Dakwah dan Perluasan
Wilayah
Menurut Khalifah Umar bin Abdul Aziz, perluasan
wilayah tidak harus dilakukan dengan kekuatan militer, tetapi dapat dilakukan
dengan cara berdakwah amar makruf nahi mungkar. Maka Khalifah Umar bin Abdul Azis menerapkan
kebijakan antara lain:
a. menghapus
kebiasaan mencela Ali bin Abi Talib dan keluarganya dalam khotbah setiap salat
Jum'at. Kebiasaan yang tidak baik itu ia ganti dengan pembacaan firman Allah
swt. dalam Surah an-Nahl Ayat 90 yang artinya sebagai berikut. "Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan
kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
b. Ia mengirim 10 orang
pakar hukum Islam ke Afrika Utara serta mengirim para pendakwah kepada raja-raja India, Turki dan
Barbar di Afrika Utara untuk mengajak mereka kepada Islam
c. menghapuskan bayaran Jizyah yang dikenakan ke atas orang
yang bukan Islam dengan harapan ramai yang akan memeluk Islam
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Azis, Dinasti
Bani Umayah semakin kuat, tidak ada pemberontakan,
berkurang tindakan penyelewengan, rakyat hidup sejahtera sehingga Baitul maal
penuh dengan harta zakat karena tidak ada yang mau menerima zakat. Pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz ra, pasukan
kaum muslimin sudah mencapai pintu kota Paris di sebelah barat dan negeri Cina
di sebelah timur. Pada waktu itu,
Portugal dan Spanyol berada di bawah
kekuasaannya.
C. Kepribadian Umar bin Abdul Azis.
Umar bin
Abdul Azis merupakan sosok pribadi yang baik. Dia memiliki karakter yang hampir
sama dengan karakter yang dimiliki para khulafaurrosyidin. Sehingga ada para
ulama memasukan beliau sebagai khulafaurrosyidin yang kelima. Adapu karakter
yang dimilikinyanya adalah:
1. Rasa takut kepada Allah Azza Wajalla.
Umar
bin Abdul Aziz sangat dikagumi bukan karena banyak shalat dan puasa, tetapi
karena rasa takut kepada Allah dan kerinduan akan surga-Nya. Itulah yang mendorong beliau
menjadi pribadi yang berprestasi dalam segala aspek; ilmu dan amal.
Pernah
seorang laki-laki mengunjungi Umar bin Abdul Aziz yang sedang memegang lentera.
"Berilah aku petuah!", Umar membuka perbincangan. Laki-laki itu pun
berujar: "Wahai Amirul Mukminin !! Jika engkau masuk neraka, orang yang
masuk surga tidaklah mungkin bisa memberimu manfaat. Sebaliknya jika engkau
masuk surga, orang yang masuk neraka juga tidaklah mungkin bisa
membahayakanmu". Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun menangis tersedu
sehingga lentera yang ada di genggamannya padam karena derasnya air mata yang
membasahi
2. Wara'.
Sikap Wara' Umar bin
Abdul Aziz adalah keengganan beliau menggunakan fasilitas negara untuk
keperluan pribadi, meskipun hanya sekedar mencium bau aroma minyak wangi. Hal
itu pernah ditanyakan oleh pembantunya, "Wahai khalifah! Bukankah itu
hanya sekedar bau aroma saja, tidak lebih?". Beliau pun menjawab:
"Bukankah minyak wangi itu diambil manfaatnya karena bau aromanya
Kisah
yang lain, pada suatu hari Umar bin Abdul Aziz pernah mengidam-idamkan buah apel.
Tiba-tiba salah seorang kerabatnya datang berkunjung seraya menghadiahi
sekantong buah apel kepada beliau. Lalu ada seseorang yang berujar: "Wahai
Amirul Mukminin Bukankah Nabi saw dulu pernah menerima hadiah dan tidak menerima
sedekah?". Serta merta beliau pun menimpali, "Hadiah di zaman Nabi saw benar-benar murni
hadiah, tapi di zaman kita sekarang ini hadiah berarti suap".
3. Zuhud.
Umar bin
Abdul Aziz adalah orang yang sangat zuhud. Kezuhudan tertinggi ketika 'puncak dunia' berada
di genggamannya.
Sesungguhnya
akherat adalah negeri yang kekal dan abadi, oleh karena itu Umar bin Abdul Aziz
mencapai derajat zuhud yang paling tinggi
yaitu zuhud dalam kelebihan rizki karena setiap raja memiliki kekayaan yang
berlimpah.
Imam
Malik bin Dinar Rohimahulloh berkata: "Orang-orang berkomentar mengenaiku,
"Malik bin Dinar adalah orang zuhud." Padahal yang pantas dikatakan
orang zuhud hanyalah Umar bin Abdul Aziz. dunia mendatanginya namun
ditinggalkannya
4. Tawadhu'.
Berkata
Imam az-Zuhaili Rohimahulloh :” Sifat tawadhu’ adalah sifat terpuji salah satu
dari sifat politiknya yang membedakan beliau dengan khalifah lainnya, dan
telah mencapai zuhudnya Umar bin Abdul Aziz pada sifat tawadhu’nya, karena
syarat zuhud yang benar adalah tawadhu’ kepada Alloh Ta’ala.”
Kisah
yang mencerminkan sikap Tawadhu' yang dimilikinya; Kisah Umar bin Abdul Aziz
dengan seorang pembantunya.
Pernah
suatu saat Umar bin Abdul Aziz meminta seorang pembantunya untuk mengipasinya.
Maka dengan penuh cekatan sang pembantu segera mengambil kipas, lalu
menggerak-gerakkannya. Semenit, dua menit waktu berlalu, hingga akhirnya Umar
bin Abdul Aziz pun tertidur. Namun, tanpa disadari ternyata si pembantu juga
ikut ketiduran. Waktu terus berlalu, tiba-tiba Umar bin Abdul Aziz terbangun.
Ia mendapati pembantunya tengah tertidur pulas dengan wajah memerah dan peluh
keringat membasahi badan disebabkan panasnya cuaca. Serta merta Umar bin Abdul
Aziz pun mengambil kipas, lalu membolak-balikkannya mengipasi si pembantu. Dan
sang pembantu itu pun akhirnya terbangun juga, begitu membuka mata ia mendapati
sang majikan tengah mengipasinya tanpa rasa sungkan dan canggung. Maka dengan
gerak reflek yang dimilikinya ia menaruh tangan di kepala seraya berseru karena
malu. Lalu Umar bin Abdul Aziz pun berkata menenangkannya: "Engkau ini
manusia sepertiku! Engkau merasakan panas sebagaimana aku juga merasakannya.
Aku hanya ingin membuatmu nyaman -dengan kipas ini- sebagaimana engkau
membuatku nyaman
5. Adil.
Sikap yang paling menonjol di diri Umar bin Abdul Aziz adalah
sikap adil. Sikap
itulah yang menjadikan sosok beliau begitu dikagumi. Nama besarnya telah
mendapat tempat di generasi selanjutnya. Namanya disamakan dengan
Khulafaurrosyidin.
Penduduk
Himsh pernah mendatangi Umar bin Abdul Aziz seraya mengadu: "Hai Amirul
Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah". "Apa yang
engkau maksud?", tanya Umar bin Abdul Aziz. "Abbas bin Walid bin Abdul
Malik telah merampas tanahku", lanjutnya. Saat itu Abbas sedang duduk di
samping Umar bin Abdul Aziz. Maka Umar
bin Abdul Aziz pun menanyakan hal itu kepada Abbas, "Apa
komentarmu?". "Aku terpaksa melakukan itu karena mendapat perintah langsung dari
ayahku; Walid bin Abdul Malik", sahut Abbas membela diri. Lalu Umar pun
balik bertanya kepada si Dzimmi, "Apa komentarmu?". "Wahai
Amirul Mukminin! Aku ingin diberi keputusan dengan hukum Allah", ulang si
Dzimmi. Serta merta Umar bin Abdul Aziz pun berkata: “Hukum Allah lebih berhak
untuk ditegakkan dari pada hukum Walid bin Abdul Malik”, seraya memerintahkan
Abbas untuk mengembalikan tanah yang telah dirampasnya.
6. Sabar
Beliau
berkhutbah :” Tidaklah seseorang yang ditimpah suatu musibah kemudian dia
berkata :” Inna lillahi Wainna ilaihi Roji’un” kecuali dia akan diberikan
pahala yang lebih baik oleh Alloh dari pada yang telah diambilNya, beliau
berkata :” Orang yang ridho itu sedikit dan sabar itu pijakan orang yang beriman”
beliau berkata :” Barangsiap yang beramal tanpa ilmu kerusakan yang ditimbulkan
lebih besar daripada kebaikanya. Barangsiap yang tidak memperhitungkan ucapan dan amal
perbuatannya maka akan banyak kesalahannya, orang ridho itu sedikit,
pertempuran orang mu’min adalah sabar.”
Kesabaran
yang paling besar yang diujikan pada Umar bin abdil Aziz pada masa hidupnya
adalah kesabaran yang terjadi dalam urusan khilafah, beliau berkata :” demi
Alloh, tidaklah aku duduk di tempatku ini kecuali aku takut bahwa kedudukanku
bukan pada tempatnya, walaupun aku ta’at pada semua yang aku kerjakan untuk
menyelamatkannya dan memberikan pada haknya yaitu al-khilafah. Akan tetapi aku
bersabar sampai Alloh memutuskan perkaranya pada khilafah, atau mendatangkan
kemenangannya padanya.”
EVALUASI
Buatlah kelompok kecil
terdiri dari 5 orang, kemudian diskusikan naskah di atas, dengan menjawab pertanyaan
berikut:
1. jelaskan biografi Khalifah Umar bin Abdul Azis?
2. Bagaimana pola kepemimpinan Umar bin Abdul Azis?
3. Jelaskan karakter Khalifah Umar bin Abdul Azis?
Tulislah hasi diskusi
kelompok di kertas dan presentasikan di depan kelompok lain. Kelompok lain bisa
memberikan saran dan masukan dari hasil diskusinya.
Setelah mempelajari
tentang profil Umar bin Abdul
Azis, lakukanlah refleksi dengan
menjawab pertanyaan berikut.
1.
Apa yang telah kalian pahami dan peroleh setelah mempelajari profil Khalifah Umar bin Abdul Azis
2.
Apa pengaruh dan manfaat menguasai
materi ini terhadap kehidupan kalian sebagai peserta didik dan seorang muslim?
3.
Apa rencana tindak lanjut yang akan kalian lakukan setelah mempelajari materi ini?
Tugas kelompok,
pilih 1 sosok
pemimpin dunia di masa sekarang, kemudian analisa biografinya dan pola kepemimpinannya.
Biografi sosok dapat menjawab pertanyaan berikut:
1. kehidupan
social dan ekonomi masa kecilnya
2. dimana belajar
politik dan kepemimpinannya
3. Sistem kepemimpinan yang diterapkan.
Tulisalah
hasil analisa dalam bentuk artikel
pendek minimal 2 halaman kertas 4 Lembar
RANGKUMAN
1. Dinasti Bani Umayah berasal dari nama Umayah
bin Abdi Syams bin Abdul Manaf, seorang pemimpin suku Quraisy di zaman
Jahiliyah. Khalifah pertama yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan. Beliau masuk Islam
ketika fahtul Makkah. Dia menjadi khalifah secara total setelah Hasan bin Abi
Bin Abi Thalib menyerahkan khilafahnya. Beliau memindahkan ibukota Bani Umayah
dari Madinah ke Syiria.
2. Masa Pemerintahnya, Khalifah Muawiyah bin Abu
Sufyan memberlakukan sistem Monarki yaitu sistem kekuasaan turun menurun.
Sistem ini mengadopsi dari sistem monarki di
Persia dan Bizantium. Sistem ini menghapus sistem Demokrasi. Muawiyah
mengangkat anaknya, Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkotanya.
3. Dinasti Bani Umayah berkuasa selama 90 tahun
dan dipimpin oleh 14 khalifah yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Yazid bin
Muawiyah, Muawiyah bin Yazid, Marwan bin Hakam, Abdul Malik bin Marwan, Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul
Malik, Umar bin Abdul Azis, Yazid bin Abdul Malik, Hiisyam bin Abdul Malik,
Walid bin Yazid bin Abdul Malik, Yazid bin Walid bin Abdul Malik, Ibrahim bin
Walid bin Abdul Malik, Marwan bin Muhammad bin Marwan.
4. Kemunduran Dinasti Bani Umayah karena Perang
antara kelompok Arab Utara dan Arab selatan,
Ketidak puasan Islam non Arab, adanya konflik diawal berdiri Dinasti
bani Umayah, sistem monarki yang tidak disetujui, hidup mewah para pejabat, dan
munculnya gerakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib.
5. Umar bin Abdul Azis bernama lengkap Nama lengkapnya Umar bin Abdul
Aziz bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf.
Lahir di Madinah tahun 61 H di masa Khalifah Yazid bin Muawiyah. Ayahnya, Abdul
Azis adalah seorang gubernur. Ibunya adalah Laila binti Ashim bin Umar bin
Khattab. Istrinya adalah fatimah binti Abdul Malik bin Marwan, Khalifah kelima
bani Umayah.
6. beberapa kebijakan dalammasa pemerintahan Umar
bin Abdul Azis antara lain menghapus cacian terhadap Ali bin Abi Thalib dan
pengikutnya, mengembalikan harta yang bukan haknya, memecata pegawai yang tidak
cakap dan menyelewengkan kekuasaannya, menghapus pengawal pribadi, memfokuskan
pelayanan rakyat miskin, membangkitakna semangat keislaman, menterjemahkan
buku-buku asing, mengirim para ulama dan pendakwah ke daerahd-aerah, menghapus
bayaran jizyah bagi orang non muslim, dan memintah mengumpulkan hadits Nabi
saw.
7. kepribadian Umar bin Abdul Azis adalah rasa
taku kepada Allah, wara terhadap dunia, Zuhud dari kehidupan dunia, Tawadhu,
adil dan sabar.
UJI KOMPETENSI
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
singkat dan jelas !
1. Jelaskan secara singkat proses pembentukan
dinasti Bani Umayah?
2. Mengapa Muawiyah menerapkan sistem kerajaan
(monarchi)?
3. Sebutkan jasa-jasa dan peninggalan Khalifah
Umar bin Abdul Azis?
4. Apa prestasi yang telah dicapai oleh Khalifah
Abdul Malik bin Marwan?
5. Apa sebab kemunduran Dinasti Bani Umayah?
No comments:
Post a Comment